Cerpen pertama
Robohnya Surau Kami
Pergolakan jiwa ini didominasi oleh
tokoh kakek seorang garin, penjaga masjid. Tokoh kakek digambarkan seorang yang taat beribadah. Hampir seluruh waktu
hidupnya hanya digunakan untuk menyembah dan bersujud kepada Tuhan. Tidak ada
lain. Kakek tidak bekerja, tidak pernah memikirkan anak dan istrinya. Kakek
berharap dengan beribadah terus menerus ia akan mendapatkan surga di alam
akherat. Tapi apa yang terjadi pergolakan jiwa dimulai ketika Ajo sidi membual,
ia menceritakan dialog antara manusia yang
ada di neraka dengan Tuhan. Diceritakan bahwa haji saleh dan beberapa
orang temannya harus masuk neraka. Padahal tidak disangsikan lagi bagaimana
Haji saleh dengan taat dan rajinnya menyembah Tuhan. Cerita Ajo sidi ini sangat
menohok batin kakek yang hidupnya memang mirip haji saleh. Peristiwa ini
sungguh menekankan batin kakek sehingga seluruh pola perilakunya berubah.
Kemudian puncak dari tekanan batin dan perasaan tak tertahankan ini, dia
memutuskan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Cerpen kedua
Anak Kebanggaan
Pergolakan jiwa ini didominasi oleh Ompi sebagai tokoh
utama. Digambarkan Ompi seorang ayah yang begitu berpengharapan besar pada anak
semata wayangnya. Ia berharap anak semata wayangnya dapat memberikan kebanggan
pada dirinya. Ia ingin Indra Budiman menjadi insinyur atau dokter. Ia
berangan-angan dan yakin semua harapannya akan jadi kenyataan. Ia rela
mengorbankan kekayaannya untuk mewujudkan angan-angannya. Sayang sekali harapan
tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Indra pun gagal menjadi dokter. Semua
orang tahu itu, namun Ompi tetap tidak mau menerima kenyataan ini. Ia
beranggapan anaknya telah sukses menjadi
dokter.
Cerpen ketiga
Topi Helm
Peristiwa jiwa
dalam cerpen ini digambarkan oleh tokoh pak kari. Ia seorang tukang rem yang
bekerja pada jalur kereta api padang panjang-kayu tanam. Diceritakan ia
mendapatkan topi helm. Topi ini bukan sembarang topi melainakan topi ini
mengandung sebuah makna yang sangat penting dan berharga bagi dirinya. Cintanya
pada topi begitu dalam terbukti dengan menjaga topi itu dengan jiwa raganya.
Rela berkorban demi topi itu. Ia meninggalkan gerbongnya demi untuk mengambil
topi yang jatuh ke sungai bawah jembatan. Hal ini menyebabkan atasannya marah
besar. Begitu besar kemarahan sang atasan sampai ia tega melempar topi pak kari ke
dalam api yang menyala. Musnahlah topi itu.
Cerpen keempat
Datang dan Perginya
Menggambarkan peristiwa jiwa rasa
bersalah. Rasa bersalah yang dialami oleh tokoh ayah. Seorang ayah yang telah
berbuat salah pada anaknya Masri. Rasa salah merupakan emosi yang umum seperti
cinta dan dapat merusak seperti rasa benci. Tokoh ayah dalam cerpen ini
sepanjang hidupnya selalu dibayangi oleh rasa bersalahnya. Meski setelah ia
bertobat dari perbuatannya yang selalu mencari perempuan jalang. Perempuan ini
lah yang menjadi pertengkaran dengan anaknya Masri. Setelah bertahun-tahun
berlalu. Ia menyesal dalam kesendirian. Rasa bersalah timbul karena seseorang
telah melakukan perbuatan keliru.