LAYAR
TERKEMBANG
Diawali dengan pertemuan tiga tokoh utama yaitu
Yusuf, Maria, dan Tuti (kakak Maria). Yusuf seseorang mahasiswa kedokteran
tingkat akhir. Maria seorang mahasiswi periang, yang memandang kehidupan dengan
penuh kebahagiaan. Tuti adalah guru dan juga seorang aktivis aktif dalam perkumpulan memperjuangkan
kemajuan wanita.
Seiring perjalanan waktu, keakraban dan benih
cinta pun muncul antara Yusuf dan Maria. Bahkan, Yusuf rela mempersingkat
liburan bersama keluarga demi bertemu dengan Maria yang sedang berlibur ke
Bandung. Di tempat yang sama, Yusuf menyatakan perasaannya untuk pertama
kalinya kepada Maria.
Menyaksikan hubungan mesra kedua insan tersebut,
perasaan aneh timbul dalam hati Tuti yaitu perasaan kesepian. Hal ini
dikarenakan pada dasarnya jiwa wanita juga mendambakan cinta dan kasih sayang
seorang lelaki. Pendirian Tuti-pun mulai goyah setelah Maria mengatakan:
"cintamu cinta perdagangan yang mempertimbangkan sampai kepada
semiligram". Ucapan yang mengingatkan Tuti dengan Hambali yang dianggap
tidak mengerti akan perjuangan dan akan menghalangi langkahnya.
Kisah terus berlangsung dan tanpa disadari,
hubungan Yusuf dan Maria mempengarui sikap Tuti seperti sering memikirkan diri
sendiri dan melamun. Hal lain yang muncul adalah perasaan iri akan kebahagianan
mereka. Suatu hari ada lelaki yang hendak melamar Tuti, akan tetapi ia
menolaknya karena menurutnya lelaki tersebut tidak sepadan dan ia juga tidak
mencintainya.
Maria jatuh sakit dan dia mengidap penyakit TBC harus
opname di rumah sakit. Ayah Maria, Tuti dan Yusuf bergantian menjenguknya yang
mana Yusuf dan Tuti tiap hari pergi bersama menjenguknya. Dalam hati Yusuf dan
Tuti tanpa disadari timbul rasa saling pengertian masing-masing. Tuti
menganggap Yusuf sebagai laki-laki yang sepadan, memiliki perasaan yang lapang
dan pemikiran yang menghargai keindahan dan kebenaran. Yusuf memandang Tuti
sebagai manusia yang memiliki jiwa perjuangan yang ceria dan tulus.
Penyakit Maria tak dapat lagi ditolong. Sehingga
pada kunjungan terakhir Tuti dan Yusuf sebelum kembali ke Jakarta, Maria
berpesan yang mana membuat Tuti dan Yusuf terkejut “alangkah berbahagianya saya
rasanya di akhirat nanti kalau saya tahu bahwa kakandaku berdua hidup rukun dan
berkasih-kasihan seperti kelihatan kepada saya beberapa hari ini.”
Akhir cerita Yusuf dan
Tuti berziarah ke kubur Maria menjelang pernikahannya yang mana perasan haru
berkecambuk dalam hati mereka.
BELENGGU
Dimulai dari retaknya rumah tangga dokter sukartono
dengan istrinya sumartini. Kehidupan rumah tangga Tono dan Tini kian hari kian
merenggang. Diantara keduanya sudah tidak ada lagi komunikasi yang baik.
Masing-masing menutup diri, saling berprasangka buruk. Hingga keduanya saling mencari kesibukan masing-masing.
Pada awalnya Tono memilih Tini
menjadi istrinya hanya atas dasar kecantikan, kepintaran, dan keenergikan tini
saja. Tono beranggapan bahwa wanita yang pantas untuk mendampinginya adalah
wanita yang berkarakter seperti tini. Sayangnya, Tono memilih Tini tidak
berdasarkan cinta. Sebaliknya, tini memilih dokter Sukartono sebagai suaminya
karena ia ingin melupakan masa lalunya yang kurang baik. Mereka sama-sama
menikah bukan atas dasar cinta.
Masing-masing dari mereka berusaha menyibukan diri
dengan aktivitas masing-masing. Tini sibuk dengan organisasi kewanitaandan
kongresnya. Sedangkan Tono sibuk dengan tugasnya sebagai dokter. Tono sangat
bangga dan mencintai profesinya. Dia bekerja tanpa mengenal waktu. Jam
berapapun pasien membutuhkannya, dia selalu datang.
Akhirnya, lewat telepon, muncul Ny.
Eni, pasien Tono. Ketika Tono datang ke hotel tempat Ny. Eni, ia pun mengetahui
bahwa Ny. Eni adalah Rohayah, kawan lamanya di Bandung dulu. Hubungan mereka
kian hari kian mesra. Tono sering mengajak Yah ke Tanjung Priok pesiar. Sikap
Yah yang penuh pengertian membuat Tono mabuk.
Ketika Tini pergi ke Solo mengadakan
Kongres Perempuan Seumumnya, Tono makin gila. Ia memutuskan untuk tinggal
selama seminggu di rumah sewaan Yah. Dari pertemuan sebagai suami isteri itu
kemudian terungkap kembali kisah lama mereka.
Bagi Yah, Tono adalah harapan, di
mana cita-citanya untuk kembali menjadi wanita yang baik mungkin dapat
terlaksana. Namun Yah sendiri amat sering ragu-ragu dan menaruh rasa belas pada
Tono yang mau menerimanya begitu saja. Yah sendiri punya problem kejiwaan karena
masa lalunya yang gelap.
Tono amat kecewa pada Yah karena
sekali lagi Yah menipunya. Siti Hajati penyanyi pujaannya ternyata adalah Yah
sendiri. Ia amat tidak senang dengan sikap Yah yang selalu berpura-pura.
Tono sebenarnya telah tahu bahwa
Tini telah ternoda sebelum mereka menikah. Ia pun tahu bahwa ketika Tini
menerimanya sebagai suami tidak berdasarkan cinta. Tono mau menerima Tini
karena kekagumannya pada kecantikan Tini. Namun ia tidak pemah mengetahui siapa
laki-laki yang menodai Tini. Pikiran-pikiran yang menyebar itu menyebabkan ia
dapat memaklumi keadaan Yah. Ia pun menerima alasan Yah.
Tini yang mulai tahu hubungan gelap Tono dengan Yah
berkeinginan untuk menemui dan mendamprat Yah. Bertemulah Tini dengan Yah di
sebuah hotel. Keinginan Tini untuk memaki-maki Yah yang telah menggoda suaminya
akhirnya luluh begitu Tini bertemu dengan Yah. Betapa Yah adalah seorang wnaita
lemah lembut dan sangat perhatian. Tini merasa malu dengan Yah, lebih-lebih
ternyata Yah banyak tahu masa lalu Tini yang gelap. Tini menyesal bahwa selama
ini ia kurang memberi perhatian pada Tono. Ia bukan istri yang baik. Ia tidak
pernah memberikan kasih sayang yang tulus kepada Tono suaminya.
Peristiwa di hotel itu membuat Tini
berintrospeksi. Ia merasa gagal menjadi seorang istri. Akhimya, Tini memutuskan
untuk bercerai dengan suaminya. Bahkan ia berharap agar Yah bersedia menjadi
isteri Tono. Niat ini disampaikan kepada Tono. Kenyataan ini juga membuat Tono
tersadar. Ia berharap Tini masih mau menjadi istrinya. Tetapi tekad Tini sudah
bulat. Perceraian tidak dapat dihindari lagi.
Akibat perceraian ini hati Tono amat
sedih. Lebih sedih lagi ketika Tono menghadapi kenyataan bahwa Yah telah pula
meninggalkan dirinya. Yang dijumpai Tono hanyalah sepucuk surat dan sebuah
piringan hitam lagu-lagu Siti Hayati yang tak lain adalah Yah sendiri. Yah yang
menyatakan betapa Yah sangat mencintai Tono, tetapi ia tidak ingin merusak
rumah tangganya. Untuk itu, Yah telah meninggalkan tanah air pergi ke New
Caledonia. Sedangkan Tini saat ini sudah berada di Surabaya, mengabdikan
dirinya di sebuah panti asuhan yatim piatu.
PERMASALAHAN
Permasalahan
yang Saya angkat dari kedua novel ini mengenai “Perspektif Feminisme dalam
novel Layar Terkembang dan Belenggu”. Feminisme diartikan sebagai
teori persamaan hak antara laki-laki dan perempuan di segala bidang. Feminisme
mencoba menggali identitas yang selama ini tertutupi oleh hegemoni dan
patriarkat. Identitas diperlukan untuk dasar pergerakan perjuangan kesamaan hak
dan mengungkap ketertindasan perempuan.
Dalam
pengkajian masalah ketidakadilan yang dialami oleh perempuan, konsep yang harus kita pahami adalah perbedaan antara seks dan gender.
Gender adalah suatu sifat yang melekat pada
laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural.
Perbedaan gender tidak akan menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan
ketidakadilan gender. Akan tetapi, yang terjadi perbedaan gender telah
melahirkan ketidakadilan gender terutama kepada perempuan.
Dalam novel Layar Terkembang ini STA menggambarkan penggalian identitas hak
perempuan yang sama dengan hak laki-laki melalui tokoh Tuti. Dimana Tuti ini
digambarkan sebagai perempuan yang memiliki harga diri yang tinggi, mandiri,
tidak mudah kagum, mudah heran melihat sesuatu, pandai, cakap, teguh, banyak
kegiatan dan akivis muda. Setara dengan tokoh yusuf yang digambarkan STA
sebagai laki-laki yang idealis, orang yang penuh cita-cita, berpikir kritis,
bertanggung jawab, dan sopan. Penggambaran yang dilakukan oleh STA pada tokoh
dalam novel ini adalah untuk menjelaskan bagaimana perempuan sudah terpengaruh
oleh kehidupan luar, tetapi masih tunduk kepada laki-laki.
Begitupun dalam novel Belenggu, perempuan tidak lagi
digambarkan sebagai korban dari kekuasaan kaum patriarki, tetapi digambarkan
sebagai perempuan yang berhak dan bebas menentukan nasib masa depannya.
Digambarkan dalam novel Belenggu
Armijin Pane ini, tokoh Tini yang diharapkan Tono sebagai ibu rumah tangga,
ternyata gagal karena lebih memilih sebagai wanita karir, tidak mau dikalahkan
kaum laki-laki, dan tidak mau tergantung pada laki-laki. Jadi pada novel ini,
gambaran perempuan tidak pesimis, yang digambarkan adalah perempuan aktif,
dinamis, optimis, sadar akan kondisi sosialnya, serta berani berjuang mendapat
persamaan hak dengan kaum laki-laki.