Powered By Blogger

Sabtu, 08 September 2012

Bandingan "Layar Terkembang" dengan "Belenggu"

LAYAR TERKEMBANG
Diawali dengan pertemuan tiga tokoh utama yaitu Yusuf, Maria, dan Tuti (kakak Maria). Yusuf seseorang mahasiswa kedokteran tingkat akhir. Maria seorang mahasiswi periang, yang memandang kehidupan dengan penuh kebahagiaan. Tuti adalah guru dan juga seorang aktivis  aktif dalam perkumpulan memperjuangkan kemajuan wanita.
Seiring perjalanan waktu, keakraban dan benih cinta pun muncul antara Yusuf dan Maria. Bahkan, Yusuf rela mempersingkat liburan bersama keluarga demi bertemu dengan Maria yang sedang berlibur ke Bandung. Di tempat yang sama, Yusuf menyatakan perasaannya untuk pertama kalinya kepada Maria.
Menyaksikan hubungan mesra kedua insan tersebut, perasaan aneh timbul dalam hati Tuti yaitu perasaan kesepian. Hal ini dikarenakan pada dasarnya jiwa wanita juga mendambakan cinta dan kasih sayang seorang lelaki. Pendirian Tuti-pun mulai goyah setelah Maria mengatakan: "cintamu cinta perdagangan yang mempertimbangkan sampai kepada semiligram". Ucapan yang mengingatkan Tuti dengan Hambali yang dianggap tidak mengerti akan perjuangan dan akan menghalangi langkahnya.
Kisah terus berlangsung dan tanpa disadari, hubungan Yusuf dan Maria mempengarui sikap Tuti seperti sering memikirkan diri sendiri dan melamun. Hal lain yang muncul adalah perasaan iri akan kebahagianan mereka. Suatu hari ada lelaki yang hendak melamar Tuti, akan tetapi ia menolaknya karena menurutnya lelaki tersebut tidak sepadan dan ia juga tidak mencintainya.
Maria jatuh sakit dan dia mengidap penyakit TBC harus opname di rumah sakit. Ayah Maria, Tuti dan Yusuf bergantian menjenguknya yang mana Yusuf dan Tuti tiap hari pergi bersama menjenguknya. Dalam hati Yusuf dan Tuti tanpa disadari timbul rasa saling pengertian masing-masing. Tuti menganggap Yusuf sebagai laki-laki yang sepadan, memiliki perasaan yang lapang dan pemikiran yang menghargai keindahan dan kebenaran. Yusuf memandang Tuti sebagai manusia yang memiliki jiwa perjuangan yang ceria dan tulus.
Penyakit Maria tak dapat lagi ditolong. Sehingga pada kunjungan terakhir Tuti dan Yusuf sebelum kembali ke Jakarta, Maria berpesan yang mana membuat Tuti dan Yusuf terkejut “alangkah berbahagianya saya rasanya di akhirat nanti kalau saya tahu bahwa kakandaku berdua hidup rukun dan berkasih-kasihan seperti kelihatan kepada saya beberapa hari ini.”
Akhir cerita Yusuf dan Tuti berziarah ke kubur Maria menjelang pernikahannya yang mana perasan haru berkecambuk dalam hati mereka.

BELENGGU

Dimulai dari retaknya rumah tangga dokter sukartono dengan istrinya sumartini. Kehidupan rumah tangga Tono dan Tini kian hari kian merenggang. Diantara keduanya sudah tidak ada lagi komunikasi yang baik. Masing-masing menutup diri, saling berprasangka buruk. Hingga keduanya  saling mencari kesibukan masing-masing.
   Pada awalnya Tono memilih Tini menjadi istrinya hanya atas dasar kecantikan, kepintaran, dan keenergikan tini saja. Tono beranggapan bahwa wanita yang pantas untuk mendampinginya adalah wanita yang berkarakter seperti tini. Sayangnya, Tono memilih Tini tidak berdasarkan cinta. Sebaliknya, tini memilih dokter Sukartono sebagai suaminya karena ia ingin melupakan masa lalunya yang kurang baik. Mereka sama-sama menikah bukan atas dasar cinta.
Masing-masing dari mereka berusaha menyibukan diri dengan aktivitas masing-masing. Tini sibuk dengan organisasi kewanitaandan kongresnya. Sedangkan Tono sibuk dengan tugasnya sebagai dokter. Tono sangat bangga dan mencintai profesinya. Dia bekerja tanpa mengenal waktu. Jam berapapun pasien membutuhkannya, dia selalu datang.
     Akhirnya, lewat telepon, muncul Ny. Eni, pasien Tono. Ketika Tono datang ke hotel tempat Ny. Eni, ia pun mengetahui bahwa Ny. Eni adalah Rohayah, kawan lamanya di Bandung dulu. Hubungan mereka kian hari kian mesra. Tono sering mengajak Yah ke Tanjung Priok pesiar. Sikap Yah yang penuh pengertian membuat Tono mabuk.
   Ketika Tini pergi ke Solo mengadakan Kongres Perempuan Seumumnya, Tono makin gila. Ia memutuskan untuk tinggal selama seminggu di rumah sewaan Yah. Dari pertemuan sebagai suami isteri itu kemudian terungkap kembali kisah lama mereka.
    Bagi Yah, Tono adalah harapan, di mana cita-citanya untuk kembali menjadi wanita yang baik mungkin dapat terlaksana. Namun Yah sendiri amat sering ragu-ragu dan menaruh rasa belas pada Tono yang mau menerimanya begitu saja. Yah sendiri punya problem kejiwaan karena masa lalunya yang gelap.
     Tono amat kecewa pada Yah karena sekali lagi Yah menipunya. Siti Hajati penyanyi pujaannya ternyata adalah Yah sendiri. Ia amat tidak senang dengan sikap Yah yang selalu berpura-pura.
     Tono sebenarnya telah tahu bahwa Tini telah ternoda sebelum mereka menikah. Ia pun tahu bahwa ketika Tini menerimanya sebagai suami tidak berdasarkan cinta. Tono mau menerima Tini karena kekagumannya pada kecantikan Tini. Namun ia tidak pemah mengetahui siapa laki-laki yang menodai Tini. Pikiran-pikiran yang menyebar itu menyebabkan ia dapat memaklumi keadaan Yah. Ia pun menerima alasan Yah.
Tini yang mulai tahu hubungan gelap Tono dengan Yah berkeinginan untuk menemui dan mendamprat Yah. Bertemulah Tini dengan Yah di sebuah hotel. Keinginan Tini untuk memaki-maki Yah yang telah menggoda suaminya akhirnya luluh begitu Tini bertemu dengan Yah. Betapa Yah adalah seorang wnaita lemah lembut dan sangat perhatian. Tini merasa malu dengan Yah, lebih-lebih ternyata Yah banyak tahu masa lalu Tini yang gelap. Tini menyesal bahwa selama ini ia kurang memberi perhatian pada Tono. Ia bukan istri yang baik. Ia tidak pernah memberikan kasih sayang yang tulus kepada Tono suaminya.
    Peristiwa di hotel itu membuat Tini berintrospeksi. Ia merasa gagal menjadi seorang istri. Akhimya, Tini memutuskan untuk bercerai dengan suaminya. Bahkan ia berharap agar Yah bersedia menjadi isteri Tono. Niat ini disampaikan kepada Tono. Kenyataan ini juga membuat Tono tersadar. Ia berharap Tini masih mau menjadi istrinya. Tetapi tekad Tini sudah bulat. Perceraian tidak dapat dihindari lagi.
     Akibat perceraian ini hati Tono amat sedih. Lebih sedih lagi ketika Tono menghadapi kenyataan bahwa Yah telah pula meninggalkan dirinya. Yang dijumpai Tono hanyalah sepucuk surat dan sebuah piringan hitam lagu-lagu Siti Hayati yang tak lain adalah Yah sendiri. Yah yang menyatakan betapa Yah sangat mencintai Tono, tetapi ia tidak ingin merusak rumah tangganya. Untuk itu, Yah telah meninggalkan tanah air pergi ke New Caledonia. Sedangkan Tini saat ini sudah berada di Surabaya, mengabdikan dirinya di sebuah panti asuhan yatim piatu.

PERMASALAHAN
Permasalahan yang Saya angkat dari kedua novel ini mengenai “Perspektif Feminisme dalam novel Layar Terkembang dan Belenggu”. Feminisme diartikan sebagai teori persamaan hak antara laki-laki dan perempuan di segala bidang. Feminisme mencoba menggali identitas yang selama ini tertutupi oleh hegemoni dan patriarkat. Identitas diperlukan untuk dasar pergerakan perjuangan kesamaan hak dan mengungkap ketertindasan perempuan.
Dalam pengkajian masalah ketidakadilan yang dialami oleh perempuan, konsep yang harus kita pahami adalah perbedaan antara seks dan gender. Gender adalah suatu sifat yang melekat pada laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Perbedaan gender tidak akan menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender. Akan tetapi, yang terjadi perbedaan gender telah melahirkan ketidakadilan gender terutama kepada perempuan.
Dalam novel Layar Terkembang ini STA menggambarkan penggalian identitas hak perempuan yang sama dengan hak laki-laki melalui tokoh Tuti. Dimana Tuti ini digambarkan sebagai perempuan yang memiliki harga diri yang tinggi, mandiri, tidak mudah kagum, mudah heran melihat sesuatu, pandai, cakap, teguh, banyak kegiatan dan akivis muda. Setara dengan tokoh yusuf yang digambarkan STA sebagai laki-laki yang idealis, orang yang penuh cita-cita, berpikir kritis, bertanggung jawab, dan sopan. Penggambaran yang dilakukan oleh STA pada tokoh dalam novel ini adalah untuk menjelaskan bagaimana perempuan sudah terpengaruh oleh kehidupan luar, tetapi masih tunduk kepada laki-laki.
Begitupun dalam novel Belenggu, perempuan tidak lagi digambarkan sebagai korban dari kekuasaan kaum patriarki, tetapi digambarkan sebagai perempuan yang berhak dan bebas menentukan nasib masa depannya. Digambarkan dalam novel Belenggu Armijin Pane ini, tokoh Tini yang diharapkan Tono sebagai ibu rumah tangga, ternyata gagal karena lebih memilih sebagai wanita karir, tidak mau dikalahkan kaum laki-laki, dan tidak mau tergantung pada laki-laki. Jadi pada novel ini, gambaran perempuan tidak pesimis, yang digambarkan adalah perempuan aktif, dinamis, optimis, sadar akan kondisi sosialnya, serta berani berjuang mendapat persamaan hak dengan kaum laki-laki.